Materi Kultum 1441 H Hari Ke 3 Dan Kuliah Subuh 2020 M Singkat Padat Jelas Lucu Dan Menarik

Materi Kultum 1441 H Hari Ke 3 Dan Kuliah Subuh 2020 M Singkat Padat Jelas Lucu Dan Menarik - Para pembaca sekalian kita berjumpa lagi dalam pembahasan tentang kuliah subuh, dan kini kita masih berada dalam cakupan bulan ramadhan 1440 H. Dan kita telah melaksanakan puasa selama dua hari kebelakan dan masih akan berjuang melaksanakan puasa untuk 28 hari berikutnya, dan tentu saja untuk para penceramah yang sering mengisi acara kuliah subuh sangat membutuhkan materi untuk dijadikan bahan pembahasan dalam kegiatan kuliah subuh.

Setelah kemarin dalam acara kuliah subuh hari ke 2 kita membahas tentang puasa, kini dihari yang ke 3 kita akan membahas tentang berbakti kepada orang tua, dan insya allah besok akan membahas materi kultum dan kuliah subuh untuk hari ke 4. Dalam memberikan materi kuliah subuh itu kita jangan memberikan pembahasan yang terlalu dalam, tapi kita harus bisa menyesuaikan dengan para peserta kuliah subuh tersebut yang rata-rata masih berusia anak-anak. Selain itu kita juga jangan terlalu lama dalam mengisi acara kuliah subuh tersebut.

Tujuannya adalah supaya mereka tidak merasa kapok untuk datang dihari-hari berikutnya, karena sebagai mana telah kita ketahui bahwa setelah melaksanakan makan sahur biasanya kita sering dihinggapi oleh rasa kantuk yang cukup memberatkan mata, dan rasa kantuk itu sering kita tahan sampai datangnya adzan subuh, karena jika kita tidur biasanya sholat subuh yang merupakan ibadah fardu terkadang trlewatkan begitu saja, oleh sebab itu kita harus sedikit pengertian dengan keadaan anak-anak peserta kuliah subuh dengan cara memberi materi kuliah subuh yang tidak terlalu lama.

Materi Kultum  Hari Ke 3 Dan Kuliah Subuh 2019 Singkat Padat Jelas Lucu Dan Menarik

Materi Kuliah Subuh Tentang Berbakti Kepada Orang Tua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ

Semua puji semata-mata untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala yg mempunyai kesempurnaan pada seluruhnya nama serta sifat-Nya. Kita memuji-Nya serta meminta pertolongan-Nya, dan meminta ampunan-Nya. Kita berlindung kepada-Nya atas kekeliruan diri-diri kita serta kejelekan amalan-amalan kita. Shalawat serta salam mudah-mudahan selalu Allah Subhanahu wa Ta’ala curahkan terhadap Nabi kita Muhammad, keluarganya serta banyak sahabatnya, dan terhadap seluruhnya kelompok muslimin yg serius ikuti petunjuknya. Saya bersaksi sebetulnya tak ada yg memiliki hak untuk diibadahi, terkecuali cuma Allah Subhanahu wa Ta’ala semata-mata serta saya bersaksi jika Nabi Muhammad ialah hamba serta utusan-Nya.

Adik-adik yang saya hormati....

Mari kita terus-menerus bertakwa terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menjalankan kewajiban-kewajiban kita kepada-Nya serta keharusan yang penting dijalankan pada hamba-hamba-Nya.
Ketahuilah, jika keharusan terbesar yang penting dijalankan oleh seseorang hamba selesai kewajibannya terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala serta Rasul-Nya yaitu keharusan dalam penuhi hak orang tua. Masalah ini seperti dalam firman-Nya,

وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Beribadahlah Kalian Kepada Allah dan Janganlah Kalian Mempersekutukan-Nya Dengan sesuatupun dan berbuat Baiklah kalian kepada Kedua Orangtua.” (An-Nisa’: 36)

Dalam ayat yang lainnya allah berfirman:

وَوَصَّيْنَا اْلإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا

“Kami Perintahkan Kepada Manusia Supaya Berbuat Baik Kepada Kedua Orangtuanya, Ibunya Telah Mengandungnya Dengan Susah Payah, dan Melahirkannya Dengan susah-payah (pula).” (Al-Ahqaf: 15)

Pada dua ayat itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memaparkan begitu utamanya keharusan berbakti terhadap orang-tua dengan mendeskripsikan begitu besarnya pengorbanan serta layanan orang-tua terlebih ibu terhadap anaknya. Jadi, telah setidaknya buat seseorang anak untuk melakukan perbuatan baik terhadap orangtuanya, lantaran orang yg berakal semestinya akan tidak melupakan kebaikan orang yang lain terhadapnya ditambah lagi membalas kebaikannya dengan menyakitinya. Jadi, apa wajar buat seseorang anak untuk melupakan kebaikan orangtuanya hingga tak melakukan perbuatan baik padanya? Begitu juga, semestinya lebih tak patut kembali buat seseorang anak untuk menyakiti orangtuanya yg udah terus-terusan melakukan perbuatan baik padanya dengan keluarkan pengorbanan yg begitu besar bahkan juga sampai mempertaruhkan nyawanya.

Adik-adik peserta kuliah subuh yang saya hormati....

Nabi muhammad saw mengatakan bahwa berbakti kepada orang tua itu lebih utama dari pada jihad dijalan allah swt, pernyataan ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Abdullah ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, beliau berkata:

سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلّيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ

Aku Bertanya Kepada Nabi shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, “Amalan Apakah Yang Paling Dicintai Oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam Menjawab, “Kemudian Jihad di Jalan Allah.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Dari ayat-ayat serta hadits diatas dan yang lain, seorang bakal mendalami dengan jelas begitu tinggi serta mulianya amalan berbakti pada orang-tua.

Hadirin rahimakumullah,

Keharusan lakukan perbuatan baik pada orang-tua ketika hidup mereka tidak memandang pada siapa serta bagaimana kondisi orang-tua. Bahkan juga, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintah pada hamba-hamba-Nya untuk lakukan perbuatan baik pada orangtuanya walaupun kalau kedua-duanya dalam kondisi kafir sekalinya. Seperti dalam berfirman-Nya:

وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَى أَن تُشْرِكَ بِي مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

Dan Jika Keduanya Memaksamu Untuk Mempersekutukan Dengan Aku Sesuatu Yang Tidak ada Pengetahuanmu Tentang itu, Maka Janganlah Kamu Mengikuti Keduanya, Namun Pergaulilah Keduanya Di dunia Dengan baik.” (Luqman: 15)

Dalam ayat itu kita mengerti jika melakukan perbuatan baik terhadap orang-tua tidak gugur, sebab kedua-duanya dalam kondisi kafir, dan memerintah untuk melakukan perbuatan syirik atau kerjakan kekafiran, meskipun perintah kedua-duanya yang berwujud kemungkaran tidak bisa ditaati.

Golongan muslimin yang mudah-mudahan dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Melakukan perbuatan baik terhadap orang-tua banyak sekali triknya serta amat luas lingkupnya. Dapat dikerjakan dengan perkataan, tindakan, ataupun dengan harta.

Melakukan perbuatan baik dengan perkataan, jadi dapat dikerjakan dengan mengontrol bicara yang baik serta tidak menyakitkan dan dengan berlemah-lembut sewaktu bicara padanya. Sedang melakukan perbuatan baik dengan tindakan, dapat dikerjakan dengan mendukung siapkan keperluan-keperluannya atau kerjakan pekerjaan-pekerjaan yang lain untuk membantu bebannya dan penuhi perintah-perintah-Nya, sepanjang bukan berbentuk melakukan perbuatan maksiat terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedang melakukan perbuatan baik dengan harta, dapat dikerjakan dengan menginfakkan beberapa dari hartanya untuk penuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Hadirin rahimakumullah,

Melakukan perbuatan baik terhadap orang-tua ikut tidak hanya terbatas pada waktu kedua-duanya masih tetap hidup. Bahkan juga, di waktu kedua-duanya udah wafat juga, melakukan perbuatan baik padanya masih tetap dapat dikerjakan. Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz ibnu Abdullah ibnu Baz rahimahullah, salah seseorang ulama terpenting di Saudi Arabia mengemukakan, “Disyariatkan berdoa terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk yang udah wafat, begitu juga bersedekah atas namanya dengan melakukan perbuatan baik berwujud memberikannya perlindungan terhadap fakir miskin, (adalah) seorang mendekatkan diri terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tindakan itu kemudian berdoa terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala biar jadikan pahala dari sedekah itu untuk bapak serta ibunya atau tidak cuman kedua-duanya, baik yang udah wafat ataupun yang masih tetap hidup. Soal ini sebab Nabi bersabda (yang punya arti), ‘Apabila seseorang manusia wafat, terputuslah amalannya terkecuali dari tiga masalah: sedekah jariyah, pengetahuan yang berfaedah, serta anak shalih yang berdoa untuk dirinya.’ Di jelaskan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, jika ada seorang menanyakan terhadap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:

يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَلَمْ تُوْصِ وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ لَتَصَدَّقَتْ، أَفَلَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ قَالَ: نَعَمْ

“Wahai Rasulullah, Sesungguhnya Ibuku Telah Meninggal Dunia Dan Beliau Belum Sempat Berwasiat Namun Aku Yakin Kalau Beliau Sempat Berbicara Tentu Beliau Ingin Bersedekah, Apakah Beliau (ibuku) Akan Mendapatkan Pahala Jika Aku Bersedekah Atas Namanya?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Benar.” (Muttafaqun ‘alaih)

Begitupun (akan berguna untuk orang yg sudah wafat) amalan beribadah haji atas nama si mayit, demikian juga beribadah umrah, dan membayarkan utang-utangnya. Seluruhnya akan berguna untuk yg wafat sama seperti sudah ada dalil-dalil yg syar’i tunjukkan soal itu. ” (Majmu’ Fatawa wa Maqalat, 4/342)

Termasuk juga amalan berbakti pada orang tua yg dapat dijalankan seperginya mereka yaitu mengabari kerabat serta rekan-rekan mereka. Bahkan dengan mengabari atau melakukan perbuatan baik pada keluarga dari rekan-rekan orang-tua kita. Hal demikian sama seperti dijelaskan dalam hadits yg diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya dari teman akrab Abdullah ibnu ‘Umar ibn Al-Khaththab radhiallahu ‘anhuma, kalau beliau berjalan ke arah kota Makkah serta mengendarai keledai yg ditungganginya untuk beristirahat pada saat letih. Sewaktu beliau udah suntuk duduk diatas kendaraannya, lewatlah di muka beliau seseorang badui serta berkatalah beliau (pada badui itu), “Apakah engkau Fulan ibnu Fulan?” Orang badui itu menjawab, “Benar.” Jadi, beliau (teman akrab Abdullah ibn ‘Umar radhiallahu ‘anhuma) berikan keledainya pada badui itu sembari menyampaikan, “Naikilah kendaraan ini.” Lalu beliau pun berikan kain surbannya yg tengah diperlukan sembari menyampaikan, “Pakailah kain ini untuk diikatkan jadi penutup kepalamu.” Jadi, berkatalah beberapa orang pada teman akrab Abdullah ibn ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, “Mudah-mudahan Allah mengampunimu. Engkau kasih padanya keledai yg engkau tunggangi pada saat mau beristirahat dari kecapekan serta engkau kasih imamah yg tengah engkau ikatkan di kepalamu.” Jadi, ‘Abdullah ibn ‘Umar menyampaikan, “Sesungguhnya ia yaitu rekan (orang tua saya) ‘Umar ibn Al-Khaththab’, serta benar-benar saya dengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ مِنْ أَبَرِّ الْبِرِّ صِلَةَ الرَّجُلِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ

“Sesungguhnya, Termasuk Dari Perbuatan Paling Baik Dalam Berbakti Kepada Orang Tua Adalah Seseorang Berbuat Baik Kepada Keluarga Orang Yang Dicintai (teman) Ayahnya.” (H.R. Muslim)

Lihatlah hadirin rahimakumullah, begitu luasnya peluang untuk berbakti terhadap orang-tua. Apa kita bakal menyia-nyiakan peluang untuk menjalankan keharusan yg mulia ini? Lihatlah juga begitu besarnya semangat banyak kawan dekat dalam menjalankan keharusan berbakti terhadap orang-tua. Karena itu bagaimana dengan kita? Sudahkah kita ikuti jalan salafush shalih dalam amalan ini?

Hadirin rahimakumullah,

Seorang yg lakukan perbuatan baik terhadap orangtuanya karena itu ia bakal memperoleh balasan yg besar sekali dari Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak sekedar di akhirat kedepannya, akan tetapi ikut pada dunia. Salah satunya merupakan jika beberapa orang yg lakukan perbuatan baik terhadap orang tuanya, maka lakukan perbuatan baik juga anak-anaknya padanya. Lantaran seperti yg ditampakkan oleh dalil-dalil yg syar’i jika balasan seorang merupakan sesuai tindakan yg di jalankannya. Selain itu, seorang yg lakukan perbuatan baik terhadap orang-tua juga dikasih jalan keluar dari ada problem yg mengenainya.

Perihal ini seperti ditampakkan oleh hadits yg dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari serta Muslim dalam Shahih kedua-duanya yg bercerita perihal kejadian tiga orang yg sewaktu masuk untuk beristirahat dalam gua. Tak diduga ada batu besar yg jatuh tutup pintu gua. Karena itu dalam ada problem itu, ke-tiga orang barusan bertawassul meminta pertolongan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menuturkan amalan shalih yg sempat mereka laksanakan. Selanjutnya batu yg tutup pintu goa lantas terbuka hingga mereka dapat keluar dari gua itu. Pada amal shalih yg dikatakan oleh satu diantara mereka merupakan tindakan seharusnya terhadap orangtuanya.

Adik-adik sekalian itulah materi kultum pada pertemuan kali ini, semoga kita semua termasuk kedalam golongan anak-anak yang berbakti kepada orang tua. Karena orang yang mendapatkan ridho orang tua itu akan mendapatkan rdhonya allah swt, dan orang yang mendapat ridho allah akan menjadi penghuni syurga. Wassalaamu'alaikum Warahmatullohi Wa Barokaatuh.